Deklarasi CICAK, Demi Kelanjutan Perang Terhadap Korupsi

Senin, 13 Juli 2009

Beberapa tokoh publik ikut berpartisipasi di antaranya Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali dan Wartawan Senior Budiarto Shambazy. Dari kalangan LSM seperti ICW, MaPPI, LeIP, PSHK, IBC, Seknas Fitra, dan KRHN. Tidak ketinggalan dari kalangan artis Indra Bekti, Slank, dan Efek Rumah Kaca.

Dua tahun meninggalkan KPK dan kini menjabat Komisaris salah satu BUMN, tak menyurutkan kecintaan Taufiequrachman Ruki terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Minggu (12/7), Ruki bergabung bersama sejumlah elemen yang menamakan diri Gerakan Cinta Indonesia Cinta KPK, disingkat CICAK. Sesuai dengan namanya, CICAK adalah sebuah gerakan masyarakat yang peduli dan prihatin terhadap kondisi KPK yang tengah diserang secara sistematis.

Berdasarkan selebaran info yang dibagikan saat pendeklarasian, serangan itu di antaranya upaya menunda penyelesaian pembahasan RUU Pengadilan Tipikor yang ditetapkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi harus kelar sebelum 19 Desember 2009. Selain indikasi penundaan, materi RUU yang diajukan pemerintah pun berpotensi melemahkan KPK secara kelembagaan. Misalnya, ada pembatasan kewenangan penuntutan, jumlah hakim adhoc, dan penyadapan.

Belum lagi, muncul pernyataan Komisi III DPR yang meragukan kepemimpinan KPK karena minus Antasari Azhar yang menjadi tersangka kasus pembunuhan. Serangan teranyar, Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah diperiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya karena diduga menyalahgunakan kewenangan penyadapan. Untuk yang terakhir ini, Pimpinan KPK yang tersisa sudah menegaskan bahwa penyadapan berjalan sesuai dengan standard operating procedure.

“KPK harus tetap melawan musuh utama bangsa ini yakni koruptor,” pekik Ruki ketika berorasi tepat di depan patung dua Proklamator, Soekarno-Hatta. Menurutnya, serangan terhadap KPK bukan hal baru. Ketika masih menjabat sebagai Ketua KPK, Ruki mengaku seringkali merasakan aroma serangan balik para koruptor atau populer dikenal Corruptors Fight Back. Meski terus diserang, kata Ruki, KPK harus bangkit dan tidak kendor dalam memberantas korupsi.

Ruki mengingatkan bahwa tahun 1998, negara ini mencapai puncak kehancuran gara-gara korupsi. Bersama-sama pergerakan mahasiswa, seluruh elemen masyarakat lalu bersepakat meruntuhkan rezim orde baru yang diyakini menjadi sarang korupsi. Setelah itu, lahirlah KPK yang sangat diharapkan dapat memberantas korupsi. Harapan itu, kata Ruki, terbukti dapat dijalankan KPK.

Menyikapi berbagai serangan yang kembali marak, Ruki melihat ada upaya mempolitisasi pembahasan RUU Pengadilan Tipikor. “Ada upaya mengulur-ulur sampai jadi isu politik, apakah pemerintah berani mengeluarkan perpu?” tukasnya. Terkait hal ini, Ruki meminta ketegasan dari pemerintah. Menurutnya, Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono harus berani menerbitkan perpu jika RUU Pengadilan Tipikor tidak jelas penyelesaiannya.

“Kepada presiden, saya bilang harus berani, sebagai (mantan, red.) tentara jangan-jangan takut-takut,” ujarnya menyinggung latar belakang Presiden SBY yang memang dari kalangan militer.

Selain itu, ia juga berharap KPK bersama penegak hukum lainnya tidak memperlihatkan sikap saling curiga. Prinsipnya, tegas Ruki, siapapun yang terlibat korupsi harus ditindak. “Jangan saling curiga, jangan memata-matai tapi kalau ada yang terlibat korupsi harus ditindak, tetapi selama KPK (juga) tetap on the track,” tukasnya.

Menyambung koleganya, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamengkas dengan mengepalkan tangan berteriak, “Hidup KPK, Hidup Polisi, Hidup Jaksa!”

Setelah orasi, Ruki langsung memimpin pembacaan Deklarasi CICAK. Beberapa tokoh publik ikut berpartisipasi di antaranya Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali dan Wartawan Senior Budiarto Shambazy. Dari kalangan LSM seperti ICW, MaPPI, LeIP, PSHK, IBC, Seknas Fitra, dan KRHN. Tidak ketinggalan dari kalangan artis Indra Bekti, Slank, dan Efek Rumah Kaca.

Slank yang untuk kesekian kalinya tampil untuk KPK, menegaskan komitmen mereka mendukung pemberantasan korupsi yang dijalankan KPK. Menurut Kaka, sang vokalis, seluruh lapisan masyarakat harus sadar betapa bahayanya korupsi bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, ia menyerukan agar semua pihak mendukung terus KPK. “Slank cinta Indonesia, dan 100 persen cinta KPK,” serunya.

(Rzk) - sumber : hukumonline.com

1 komentar:

WANITA mengatakan...

hancuuuuuuuurrrrrkan ,,saya cicak item siap gigit buaya.....

Posting Komentar