Antara Cicak, Buaya dan Teroris

Senin, 20 Juli 2009
Sesi tanya jawab dengan cicak ini berlangsung pada long weekend kemarin. Cicak yang kami wawancarai kali ini mengenakan kaus polo putih, celana jeans dan menyandang kamera. Berikut nukilannya:

T: Wah, selamat ya Cicak! Deklarasi minggu lalu sepertinya sukses, cukup banyak diliput media. Gimana rasanya terlibat dalam gerakan yang populer seperti ini?
J: Terimakasih. Secara liputan media memang relatif sukses, dan teman-teman Cicak di berbagai daerah juga melakukan deklarasinya sendiri. Menurut Anda sendiri gerakan Cicak ini cukup populer ya?

T: Lha iya dong. Selain liputan media, ada Slank kan. Terus ada penyampaian deklarasi ke KPK pas hari Rabunya. Sayang, ada bom Marriott-Ritz Carlton jadi liputan media pasti bakal turun ya...
J: Kami para Cicak, sangat prihatin dan mendoakan para korban bom, semoga keluarga korban diberi ketabahan dan kesabaran. Liputan media memang penting, tapi bukan segala-galanya. Soal bom tidak bisa tidak akan membetot perhatian media (dan kita semua) sampai berminggu-minggu ke depan. Pengusutan kasus bom memang penting dan gothak-gathik-gathuk soal teori konspirasi pasti seru juga, tapi jangan sampai membuat kita semua fokus kita semua larut kesitu. Isu pemberantasan korupsi tetap dan harus aktual, apalagi pertemuan Presiden dengan KPK-Kepolisian sudah menghasilkan beberapa poin penting.

T: Tunggu, pelan-pelan dong. Saya kan belum profesional jadi reporter, apa saja poin penting tersebut?

J: Sebagaimana disampaikan Penjabat Sementara Pimpinan KPK Bibit S.Rianto, antara lain, pertama pemberantasan korupsi jalan terus, kedua pemberantasan korupsi harus disinergikan, ketiga saling berkomunikasi dengan baik, dan keempat, bekerja sesuai peraturan yang berlaku secara professional. Memang normatif semua sih, tapi coba bandingkan dengan pernyataan Presiden di berbagai media seperti jangan menjebak koruptor dan pengutamaan pencegahan korupsi. Bayangkan kalimat seperti ini dikeluarkan oleh Kepala Negara, ketika institusi satu-satunya yang menjadi sandaran harapan Anda dan saya untuk memberantas korupsi, sedang dikeroyok ramai-ramai. Coba bayangkan

T: Iya, saya sudah mencoba membayangkan, tapi apa salahnya dua kalimat tersebut? Apa dampaknya pada pemberantasan korupsi?

J: Jelas, disebutkan bahwa tugas KPK adalah menindak, sementara pencegahan urutan berikutnya. Pencegahan yang dilakukan KPK adalah sebatas pencatatan dan dokumentasi harta kekayaan pejabat Negara. Nah, pengutamaan fungsi pencatatan ini apa dampaknya coba terhadap pemberantasan korupsi?

T: Semoga tidak jaka sembung, tapi ada tidak hubungan antara bom Marriott-Ritz Carlton dengan pemberantasan korupsi?
J: Disitulah sedihnya. Misalkan, misalkan terungkap siapa pelaku pemboman itu. Saya berani jamin, pelakunya pasti mereka yang dikategorikan sebagai rakyat marginal.

T: Lho, maksud Anda, karena mereka marginal lalu jadi teroris?
J: Sekarang, coba adakah teroris itu orang-orang yang biasa Anda temui ketika sedang beli tiket bioskop, antri donat atau belanja di factory outlet? Amrozi, Imam Samudra dan nama-nama lain yang saya lupa, adalah korban sistem politik, sistem ekonomi negara kita yang masih kotor oleh praktek korupsi. Dengan mudah mereka berpaling pada sistem kepercayaan yang simplistis, menggampangkan urusan dan percaya kekerasan sebagai solusi. Selama ini mereka dimiskinkan oleh struktur, mereka melihat aparat dan oknum Pemerintahan yang kotor dan korup bertahun-tahun didiamkan saja, malah menjadi pengabdi modal. Akses mereka terhadap proses pengambilan keputusan sebagai pemangku kepentingan selama ini tidak terwadahi, malah dicederai, oleh partai,oleh parlemen lokal dan parlemen nasional. Herankah Anda, kalau janji bertemu bidadari di surga, meski dengan meledakkan diri sendiri, menjadi begitu memikat bagi mereka? Alm. Munir pernah mengatakan " kekerasan skala besar adalah efek lanjut dari kekerasan 'kecil' yang terus dibiarkan bahkan ditolerir (terutama) oleh Negara dan organisasi politik". Soal pembunuhan Munir (semoga Tuhan Maha Adil memberi almarhum tempat sebaik-baiknya di akhirat) sendiri, bukan tidak mungkin ada permainan buaya kan?

T: Aduh saya jadi ngeri, rupanya sejelas itu hubungan antara bom dengan korupsi. Permainan buaya memang ada dimana-mana ya. Artinya, kerja KPK menjadi lebih penting, lebih urgen dalam hari-hari ini?

J:Pastinya. Hanya KPK yang bisa diandalkan dalam membabat para koruptor

T: Ada pertanyaan titipan nih. Bagaimana gerakan CICAK ke depan? Setelah penyampaian deklarasi maksud saya? J: Wah, agenda CICAK masih banyak sekali. Ke depan masih ada penyusunan RUU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, RUU Tindak Pidana Korupsi dan pemilihan pimpinan KPK, apabila Ketua (non aktif) KPK Antasari Azhar terbukti bersalah atas pembunuhan Nasrudin.

T: Berkaitan dengan profile pic FB, kapan sebaiknya kami (wah ngaku nih) mengganti profile pic cicak kami?
J: Profile pic itu artinya kesadaran kita semua untuk terlibat. Terlibat karena soal pemberantasan korupsi ini bukan milik elit dan hanya sebatas headline media massa, tapi kepentingan kita semua ya. Seperti saya ceritakan diatas, masih banyak agenda kita ke depan. Pemasangan profile pic cicak itu tidak boleh terbebani, harus ikhlas profile pic yang biasanya keren, diganti gambar absurd cicak lawan buaya.

T: Berat juga ya. Anda yakin, CICAK yang terdiri dari, yah cicak-cicak, bisa mengawal agenda pemberantasan korupsi sebagaimana Anda ceritakan diatas?
J: Memang berat. Masih lebih bagus cicak reptil yang kalau buntutnya putus bisa regenerasi, nah kalau kami? Cicak-cicak yang masih penuh pertimbangan pragmatis, yang rentan isu dan bisa direpresi setiap saat. Tapi entah kenapa saya masih ada harapan. Apalagi kalau melihat profile pic wajah-wajah yang ada dalam groups CICAK di FB. Cicak yang menggendong anaknya, cicak yang duduk di pelaminan, cicak yang berfoto dengan latar alam negeri kita dan cicak yang tertawa bersama-sama teman-teman sesama cicak.

T: Anda masih parno, tapi ternyata Anda cicak yang sentimental ya?

J: Mau bagaimana? Kita harus percaya pada mungkin, kita harus percaya kita punya harapan. Kita tidak boleh apatis, sekali-kali tidak, karena terlalu mahal harganya untuk menjadi apatis.

Salam CICAK!

0 komentar:

Posting Komentar